Sebagaimana telah kita pahami bahwa kesenian di semua daerah memiliki karakteristik yang berbeda. Ini tidak saja berlaku untuk kesenian rakyat namun juga kesenian kontemporer. Kabupaten Purworejo yang memiliki berbagai macam kesenian, sudah saatnya memiliki konsep jelas kemana arah kesenian akan dibawa. Banyak pihak sudah “memikirkan” perkembangan kesenian ini. Namun, banyak pihak juga yang berhenti hingga sampai titik “memikirkan”. Tanpa memperjelas solusi yang harus dilaksanakan. Apalagi arah / titik dimana akan “ditempatkan” kesenian di masa yang akan datang. Tulisan ini semoga menjadi bahan perenungan kita bersama, semua pihak entah birokrat maupun pelaku seni, perorangan / pemerhati seni atau bahkan pihak swasta sekalipun yang memiliki kepedulian akan seni budaya. Pokoknya siapapun.
Patut kita sadari bersama, bahwa keanekaragaman seni yang ada di Kabupaten Purworejo membutuhkan perhatian. Banyak pihak sudah yang penulis temui baik langsung maupun tidak (misal melalui media internet) yang memberikan masukan kepada semua pihak berkenaan kegiatan seni budaya di kabupaten tercinta. Mulai dari pertanyaan tentang jenis-jenis kesenian yang sampai saat ini masih hidup di kabupaten tercinta, hingga mempertanyakan kesenian yang akan mati dan atau mati suri, sampai ada yang hanya sekedar menanyakan bentuk pementasan dari suatu jenis kesenian. Dari titik itulah penulis berkesimpulan bahwa tidak sedikit orang Purworejo baik yang didalam maupun diluar daerah yang memberikan perhatian pada bidang kesenian. Bahkan diantaranya memiliki rasa memiliki yang teramat mendalam mengenai kesenian daerah. Ini dimaklumi, karena apapun bentuk keseniannya jika itu dari daerah asal akan menjadi tali pengikat yang sangat kuat bagi warga purworejo yang berada di luar daerah. Bagaimana rasanya seseorang yang tiap hari bergulat mencari nafkah jauh dari tanah kelahirannya …. menghadapi persaingan, bekerja keras dan segala macamnya.. tiba-tiba saja mendapatkan informasi tentang kesenian di daerahnya atau bahkan berkesempatan untuk menonton kesenian daerahnya tampil di kota dimana mereka tinggal. Bagaikan oase di tengah gurun yang kering. Itulah mengapa mereka banyak memberikan masukan tentang kesenian, disamping para pelaku seni di dalam daerah.
Kesenian bisa menjadi “wajah” suatu daerah. Banyak sudah pementasan yang dilaksanakan di luar daerah membuktikan itu. “Kedigdayaan” kesenian menjadi wakil daerah setidaknya memunculkan bentuk apresiasi dari para penikmat seni. Para penikmat seni bisa berasal dari putra daerah yang tinggal di daerah lain, maupun warga setempat yang memang mencari sekedar hiburan. Apa yang dipersembahkan oleh duta seni menjadi “wakil” dan sekaligus “wajah” kabupaten tercinta.
Disamping itu kerja keras untuk memberikan ruang ekspresi seni bagi para penggiat kesenian dan sekaligus sebagai wahana ekspresi bagi masyarakat luas menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Kehidupan berkesenian yang selama ini ada seakan menemui jalan buntu ketika beberapa pementasan lokal tidak diadakan. Akhirnya semua kembali ke masyarakat (lagi). Padahal dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Di masa yang akan datang mestinya “ruang” itu dapat kembali dihidupkan. Sehingga diharapkan dapat komplit sinergi yang terbentuk antara masyarakat dan pemerintah. Sekali lagi …(mestinya) kesenian bukan hanya milik masyarakat saja…kita semua memiliki kewajiban untuk mendukung..membina bahkan mengembangkan.
Jangan sampai ketika orang / pihak lain mengklaim kesenian kita… baru terasa ada yang terbakar dibawah dagu kita. Dan kita hanya bisa berguman : “O iya ya… kita selama ini telah lengah mengurusi kesenian.”
Mari kita selamatkan kesenian Purworejo, selamatkan seni budaya kita. Saat ini…hal inilah yang harus kita laksanakan.
Salam budaya…
Patut kita sadari bersama, bahwa keanekaragaman seni yang ada di Kabupaten Purworejo membutuhkan perhatian. Banyak pihak sudah yang penulis temui baik langsung maupun tidak (misal melalui media internet) yang memberikan masukan kepada semua pihak berkenaan kegiatan seni budaya di kabupaten tercinta. Mulai dari pertanyaan tentang jenis-jenis kesenian yang sampai saat ini masih hidup di kabupaten tercinta, hingga mempertanyakan kesenian yang akan mati dan atau mati suri, sampai ada yang hanya sekedar menanyakan bentuk pementasan dari suatu jenis kesenian. Dari titik itulah penulis berkesimpulan bahwa tidak sedikit orang Purworejo baik yang didalam maupun diluar daerah yang memberikan perhatian pada bidang kesenian. Bahkan diantaranya memiliki rasa memiliki yang teramat mendalam mengenai kesenian daerah. Ini dimaklumi, karena apapun bentuk keseniannya jika itu dari daerah asal akan menjadi tali pengikat yang sangat kuat bagi warga purworejo yang berada di luar daerah. Bagaimana rasanya seseorang yang tiap hari bergulat mencari nafkah jauh dari tanah kelahirannya …. menghadapi persaingan, bekerja keras dan segala macamnya.. tiba-tiba saja mendapatkan informasi tentang kesenian di daerahnya atau bahkan berkesempatan untuk menonton kesenian daerahnya tampil di kota dimana mereka tinggal. Bagaikan oase di tengah gurun yang kering. Itulah mengapa mereka banyak memberikan masukan tentang kesenian, disamping para pelaku seni di dalam daerah.
Kesenian bisa menjadi “wajah” suatu daerah. Banyak sudah pementasan yang dilaksanakan di luar daerah membuktikan itu. “Kedigdayaan” kesenian menjadi wakil daerah setidaknya memunculkan bentuk apresiasi dari para penikmat seni. Para penikmat seni bisa berasal dari putra daerah yang tinggal di daerah lain, maupun warga setempat yang memang mencari sekedar hiburan. Apa yang dipersembahkan oleh duta seni menjadi “wakil” dan sekaligus “wajah” kabupaten tercinta.
Disamping itu kerja keras untuk memberikan ruang ekspresi seni bagi para penggiat kesenian dan sekaligus sebagai wahana ekspresi bagi masyarakat luas menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Kehidupan berkesenian yang selama ini ada seakan menemui jalan buntu ketika beberapa pementasan lokal tidak diadakan. Akhirnya semua kembali ke masyarakat (lagi). Padahal dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Di masa yang akan datang mestinya “ruang” itu dapat kembali dihidupkan. Sehingga diharapkan dapat komplit sinergi yang terbentuk antara masyarakat dan pemerintah. Sekali lagi …(mestinya) kesenian bukan hanya milik masyarakat saja…kita semua memiliki kewajiban untuk mendukung..membina bahkan mengembangkan.
Jangan sampai ketika orang / pihak lain mengklaim kesenian kita… baru terasa ada yang terbakar dibawah dagu kita. Dan kita hanya bisa berguman : “O iya ya… kita selama ini telah lengah mengurusi kesenian.”
Mari kita selamatkan kesenian Purworejo, selamatkan seni budaya kita. Saat ini…hal inilah yang harus kita laksanakan.
Salam budaya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar