Kesenian kentrung rebana SOYAR MAOLE saat ini sebarannya meliputi beberapa dusun di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing. Untuk gambaran kesenian Soyar Maole di Dusun Jetis Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo sebagai berikut :
Menurut riwayat tidak tertulis dari para pendahulu/leluhur Desa Kaligono, kesenian Kentrung Rebana Soyar Maole sudah ada sejak tahun 1907, yang kemudian secara tradisi diteruskan oleh generasi ke generasi walaupun menjalani pasang surut, masih tetap bertahan sampai sekarang.
Konon menurut cerita, pada tahun 1907 terdapat seorang warga Desa Kaligono yang menunaikan ibadah haji. Sekembali dari ibadah haji, beliau mengajarkan agama Islam di Desa Kaligono. Metode dakwah yang dilakukannya dengan berbagai cara, salah satunya adalah lewat kesenian yang berkembang pada masa itu. Metode dakwah tersebut konon diperoleh dari Sunan Kalijaga.
Kesenian ini disajikan oleh 6 orang atau lebih pemusik dan 10 orang penyanyi (walaupun terdapat grup yang memiliki anggota hingga 20 orang). Alat musik terdiri dari kendang (1 buah), ketipung (1 buah), rebana (3 buah), rebana besar (1 buah), kecer (1 buah). Lagu yang dibawakan melantunkan syiar keislaman yang diambil dari Kitab Al Qur’an yang dikolaborasikan dengan bahasa jawa dan (saat ini) bahasa Indonesia.
Asal Kata SOYAR MAOLE
Menurut Bau Sastra Jawa Penerbit Kanisius
Soyar = ngandhakake kandhane wong lia (berdakwah)
Artinya : mengatakan perkataan orang lain/berdakwah.
Maole dari kata mole = molor (bertambah panjang)
Maka SOYAR MAOLE diartikan : mengatakan perkataan orang lain/berdakwah sampai waktu yang panjang atau terus menerus hingga agama berkembang luas.
Sumber lain mengatakan :
Soyar dari kata moyar = orang hidup yang berkeluyuran tanpa tujuan.
Maole dari kata maulud = lahir (kelahiran) disini dititik beratkan kepada kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Maka SOYAR MAOLE berarti : orang hidup jangan hanya berkeluyuran, ingatlah apa yang dikatakan/diperintahkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar