06 April 2022

SEJARAH SINGKAT TAMAN SISWA PURWOREJO (TULISAN KEDUA DARI DUA TULISAN)

Bupati KDH Kab. Purworedjo
S. SASTRODIPRODJO
Pada tanggal 19 - 12-1948 ditutuplah Taman Siswa Purworejo untuk sementara waktu, berhubung dengan keadaan yang tidak memungkinkan untuk dibuka terus, akibat agresi. Pada tanggal 10-10-1949 di buka kembali setelah beberapa saudara yang masih teguh pendiriannya dan berjiwa Taman Siswa, bersatu tekad, sanggup menghadapi segala kemungkinan yang menimpa Taman Siswa. Mereka diantaranya :  1. Sdr R J. SUMITRO; 2. Sdr JUNUS; 3 Sdr. KAMARI; 4. Sdr Nji TUMAR dll, sebagai panitya/ pengurus. Sebagai pamong (pengajar) diantaranya 1. Sdr. GUNADI (saat itu juga sebagai guru S. M. P. I Purworejo). 2 Sdr. PUNTO-DIHARDJO (pegawai Kantor Sosial Purworejo) ; 3 Sdr. SUWANDI (pegawai otonom), 4. Sdr. ABDDUL HAMID; 5. Sdr. TUNGGULDIHARDJO dengan jumlah murid 374 anak.
Selanjutnya berhubung sesuatu hal maka didalam organisasi Taman Siswa Purworejo. sering mengadakan pergantian tenaga, hingga pada tahun 1950 terdapat tenaga baru, seperti 1. Sdr. HARDJOSUWARNO, 2. Sdr. SUDIJONO KUSUMOWARDOJO; 3. Sdr. ISKAK SUKARDI; 4. Sdr. MUDIJANTO.

Ketua Taman Siswa 1955
DJASWADI SISWOPRAJITNO
Perputaran roda organisasi Taman Siswa Purworejo bergerak maju dibawah pimpinan Sdr. S. KUSUMOWARDOJO dengan bantuan tenaga pamong 1. Sdr. HARDJOSUWARNO; 2. sdr. WARSO TRIMURTY; 3. Sdr. SUKRISNO; 4. Sdr. DJALAL ABUNAIM ; 5. Sdr. NGATMIN; 6 Sdr. MULJONO; 7. Sdr. DJASWADI SISWOPRAJITNO. Berdasar atas azas dari Taman Siswa serta bermaksud mendidik jangan sampai anggota yang canggung dalam bermasyarakat, maka pada tanggal 1 September 1955 kembali diadakan perubahan pengurus setelah beberapa tenaga baru banyak yang bergabung. Adapun giliran sebagai ketua Sdr. DJASWADI SISWOPRAJITNO, dibantu oleh 1. Sdr. HARDJOSUWARNO ; 2. Sdr. S. KUSUMOWARDOJO; 3. Sdr. WARSO TRIMURTY; 4. Sdr. SUKRISNO; 5.Sdr. NGATMIN: 6. Sdr. SUSENO; 7. Sdr. H.P. SUPARDJONO; 8. Sdr.SARWONO; 9. Sdr. SUWARTINI; 10. Sdr. MARLIJAH; 11. Sdr. SUMARSINI. Makin kuat tenaga dari dalam Taman Siswa. makin mampu mereka mendukung cita-cita Taman Siswa ; baik kedalam maupun keluar. 

Ketua Penyelenggara Pasar
Malam Amal Taman Siswa 1956
AGUS ROSIDI

Hubungan dengan dunia luar makin diperlebar, sehingga beberapa bulan kemudian setelah Pengurus baru terbentuk, lahirlah I.K.T.S. (Ikatan Keluarga Taman Siswa) pada bulan Nopember 1955; yang diketuai oleh Sdr S. WIRJOSUDOJO guru S.M.P. II Purworejo dengan dibantu oleh beberapa pecinta Taman Siswa. Adapun Taman Siswa Cabang Purworejo mempunyai tenaga pamong 12 orang, murid 450 anak dengan 11 ruangan, dan mempunjai anak Cabang di Kemanukan. Rencana lebih lanjut atas usaha dari I. K. T. S. maka pada 1 Agustus 1956 dibuka Taman Dewasa di Kutoarjo juga dibuka Taman Indria (Taman Kanak-kanak), di Purworejo. 

Demikianlah selayang pandang sejarah Taman Siswa Purworejo sejak berdiri hingga saat terbukanya Pasar Malam Amal guna pendirian gedung, sebab sampai saat tersebut (tahun 1956) Taman Siswa masih menyewa gedung di Jalan Raya 8 Purworejo.

Purworejo 1 Mei 1956.




disadur dari Buku Peringatan Taman-Siswa Tjabang Purworedjo Tahun 1930-1956







01 April 2022

SEJARAH SINGKAT TAMAN SISWA PURWOREJO (TULISAN PERTAMA DARI DUA TULISAN)

Suasana Pasar Malam Amal Taman Siswa Purworejo
(1956)

Hari Senin Kliwon tanggal 30 April 1956 adalah hari yang tidak dapat dilupakan oleh masyarakat Purworejo umumnya serta keluarga Taman Siswa Cabang Purworejo khususnya. Apakah sebabnya ? Pada waktu itu tepat jam 18.00 WIB terguntinglah pita yang melintang pada pintu gerbang Pasar Amal oleh Ibu Bupati Purworejo. Suatu tanda bahwa Pasar Malam Amal untuk Pendirian Gedung Taman Siswa Purworejo telah dimulai. Diteruskan dengan kata sambutan dari ketua Panitia (ketua Perguruan Taman Siswa) dan dari bapak Kepala Daerah, yang maksudnya semoga cita-cita yang suci itu dapat tercapai.

Oleh karena amal tersebut ditujukan khusus Taman Siswa Purworejo, maka marilah kita ikuti bagaimana sejarahnya. Taman Siswa yang saat ini masuk di kancah pendidikan nasional didirikan oleh Ki Hadjar Dewantoro  pada tanggal 3 Juli 1922, maka 8 (delapan) tahun kemudian yaitu pada 1930 menyusul Taman Siswa Purworejo lahir. Lahir pada saat ramainya Pergerakan Nasional yang tumbuh subur mengikis pemerintah kolonial. Tumbuhnya Perguruan Taman Siswa senantiasa mendapat rintangan dari pemerintah Hindia Belanda. Orang-orang yang menginginkan kemerdekaan negaranya tidak sedikit yang berlindung dibawah panji-panji Taman Siswa, begitupun di Purworejo. Adapun pelopor dari Taman Siswa Purworejo, pada waktu itu kebanyakan terdiri dari para guru desa dan para pedagang kecil serta sebagian para petani, yang semuanya sadar akan perwujudan negaranya dihari kemudian. Nama-nama mereka diantaranya 1. Sdr. KAMARI ; 2. Sdr. SULEMAN 3. Sdr. MURSID ; 4. Sdr. HADISUMARTO, 5 Sdr, MURSIJAH; 6. Sdr. ABDULLAH ADIWIGENO 7. Sdr. TARMUDI. Orang-orang tersebut yang ditunjuk sebagai panitia, untuk lancarnya pembentukan Perguruan Taman Siswa Purworedjo. Namun rupanya maksud yang suci itu tidak luput dari rintangan yang dilancarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Para Pegawai Negeri dilarang memasukkan anaknya (untuk bersekolah) di Taman Siswa, karena Taman Siswa menentang pemerintah Hindia Belanda. Disisi lain, penentangan Taman Siswa oleh pemerintah Hindia Belanda diantaranya diwujudkan dalam bentuk mengaitkan taman siswa dengan gerakan komunis dan Taman Siswa dianggap sebagai sekolah liar.

Dari sebab itulah orang-orang yang duduk sebagai pelopor itu bertanggung jawab memasukkan anak-anaknya kedalam Perguruan itu. Adapun tenaga-tenaga, pamong (pengajar) pada waktu itu diantaranya : 1 Sdr. TUMAR, 2. Sdr. SUTOPO; 3 Sdr, SUTOMO; 4 Sdr. Ni SUJATIN. Para personil inilah yang mendukung perkembangan organisasi Taman Siswa Purworejo sampai saat runtuhnya pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1942.  Pada saat jaman penjajahan Jepang, Taman Siswa Purworejo juga terdampak, hanya di Perguruan Taman Siswa Yogyakarta saja yang diperbolehkan berdiri. Agar tidak mematikan semangat (berorganisasi dan berjuang) maka orang-orang Taman Siswa “berganti baju”, mengganti namanya menurut keadaan setempat, ada yang menamakan diri Taman Tani, Mardi Siswa dan lain-lain.  Tetapi tidak akan pudar api cita-cita Kebangsaan didalam dada masing-masing putera Taman Siswa dengan berpegang teguh pada dasar Pantja Darma (1. Kodrat Alam; 2. Kebudayaan; 3 Kemerdekaan; 4. Kebangsaan; 5. Kemanusiaan).

Di Purworejo pada masa itu Taman Siswa dikelola oleh sdr. AMIR cs (yang pada saat itu menjadi Camat di Borobudur), dengun dibantu oleh: 1. Sdr. JUDOPRAWIRO; 2. Sdr. Sdr. SITI AMINAH; 4. Sdr, SUHARTO; 5. Sdr. SUTIKNO dll.

Pada tgl. 19 - 12-1948 ditutuplah Taman Siswa Purworejo untuk sementara waktu. (Bersambung)

disadur dari Buku Peringatan Taman-Siswa Tjabang Purworedjo Tahun 1930-1956 

Klik disini untuk membaca tulisan kedua


10 Maret 2021

Monumen Jenderal Ahmad Yani

Monumen
Jend. Ahmad Yani

PURWOREJO – Gubernur Jawa Tengah HM Ismail minta agar para pejabat di daerah “nguri-nguri” pahlawan dengan membangun tempat peringatan semacam monumen. Bangunan semacam itu dapat dijadikan pepeling bagi generasi penerus untuk meneladani para pendahulunya.

Hal itu dikatakan sesuai meresmikan monumen Jenderal Ahmad Yani di Purworejo, Minggu kemarin (8 Nopember 1992), hadir dalam acara itu Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Soerjadi, Ketua Pengadilan Tinggi Jateng Boris Harahap SH. Pembantu Gubernur wilayah Kedu Drs. Sutarno dan ibunda Jenderal Ahmad Yani, yaitu Ny. Wongsoredjo.

Gubernur mengatakan, almarhum Jenderal Ahmad Yani merupakan seorang prajurit yang patriotik dan konsisten dengan pendiriannya. “Sebagai salah seorang bekas anak buah beliau, saya tahu persis watak, sikap dan kegigihan almarhum” kata “Lurahnya” Jateng itu.

Dijelaskan monumen pahlawan merupakan bukti kebesaran bangsa kita. Melalui monumen, bangsa kita dapat menghayati dan meneladani kejuangan serta kepahlawanannya sebagai bekal melaksanakan pembangunan, “Dengan demikian, ada kesinambungan perjuangan dengan para pendahulu kita” tegasnya.

 PERPUSTAKAAN     

Prasasti Peresmian Monumen
Sebelumnya, Bupati Purworejo Drs. H. Goernito melaporkan, bangunan monumen Jenderal Ahmad Yani terletak di Kelurahan Kledungkradenan, Kecamatan Banyuurip di atas tanah seluas 0,8 hektare. Bangunan tersebut terdiri dari patung perunggu Jenderal Ahmad Yani setinggi 4,5 meter, patung seharga Rp. 50 juta karya seniman Yogyakarta Drs. Dunadi itu berdiri tegak menghadap arah tenggara dengan tangan kanan di pinggang belakang dan tangan kiri memegang tongkat komando.



Salinan Catatan Buku 
Agenda A. Yani, 18 Jan 1965 
Selain itu, di kompleks monumen terdapat ruang perpustakaan yang berisi buku-buku sejarah serta foto-foto perjuangan almarhum Jenderal Ahmad Yani semasa masih hidup. Sedang di bagian belakang dan samping patung dibangun tempat rekreasi. Monumen dibangun dengan dana sebesar Rp. 200 juta, berasal dari APBD II Rp. 135 juta, bantuan Mensos Rp. 50 juta dan APBD I Rp. 15 juta.

Peresmian monumen Jenderal Ahmad Yani kemarin diwarnai hujan deras dan angin kencang, sehingga mengakibatkan Gubernur HM Ismail batal memberikan pidato sambutan. Dengan basah kuyup, Gubernur didampingi Bupati Purworejo menandatangani prasasti dan meninjau lokasi monumen.

Dalam acara tersebut, hadir putra-putri almarhum. Yaitu Indriyah Ami Rulyati Yani (47),  Herliyah Emi Rudiyati Yani (45), Amliyah Umi Astagini Yani (44), Wedara Ani Andriani Yani (41) dan Irawan Sura Eddy Yani (34).



Artikel ini telah yang ditayangkan di Harian Suara Merdeka edisi Senin 9 November 1992. dengan beberapa penyesuaian.