Suasana Pasar Malam Amal Taman Siswa Purworejo (1956)
Hari Senin Kliwon tanggal 30 April 1956 adalah hari yang tidak dapat dilupakan
oleh masyarakat Purworejo umumnya serta keluarga Taman Siswa Cabang Purworejo khususnya.
Apakah sebabnya ? Pada waktu itu tepat jam 18.00 WIB terguntinglah pita yang melintang
pada pintu gerbang Pasar Amal oleh Ibu Bupati Purworejo. Suatu tanda bahwa
Pasar Malam Amal untuk Pendirian Gedung Taman Siswa Purworejo telah dimulai. Diteruskan
dengan kata sambutan dari ketua Panitia (ketua Perguruan Taman Siswa) dan dari
bapak Kepala Daerah, yang maksudnya semoga cita-cita yang suci itu dapat tercapai.
Oleh karena amal tersebut ditujukan khusus Taman Siswa Purworejo, maka marilah
kita ikuti bagaimana sejarahnya. Taman Siswa yang saat ini masuk di kancah pendidikan
nasional didirikan oleh Ki Hadjar Dewantoro pada tanggal 3 Juli 1922, maka 8 (delapan)
tahun kemudian yaitu pada 1930 menyusul Taman Siswa Purworejo lahir. Lahir pada
saat ramainya Pergerakan Nasional yang tumbuh subur mengikis pemerintah
kolonial. Tumbuhnya Perguruan Taman Siswa senantiasa mendapat rintangan dari
pemerintah Hindia Belanda. Orang-orang yang menginginkan kemerdekaan negaranya
tidak sedikit yang berlindung dibawah panji-panji Taman Siswa, begitupun di
Purworejo. Adapun pelopor dari Taman Siswa Purworejo, pada waktu itu kebanyakan
terdiri dari para guru desa dan para pedagang kecil serta sebagian para petani,
yang semuanya sadar akan perwujudan negaranya dihari kemudian. Nama-nama mereka
diantaranya 1. Sdr. KAMARI ; 2. Sdr. SULEMAN 3. Sdr. MURSID ; 4. Sdr.
HADISUMARTO, 5 Sdr, MURSIJAH; 6. Sdr. ABDULLAH ADIWIGENO 7. Sdr. TARMUDI. Orang-orang
tersebut yang ditunjuk sebagai panitia, untuk lancarnya pembentukan Perguruan Taman
Siswa Purworedjo. Namun rupanya maksud yang suci itu tidak luput dari rintangan
yang dilancarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Para Pegawai Negeri dilarang
memasukkan anaknya (untuk bersekolah) di Taman Siswa, karena Taman Siswa menentang
pemerintah Hindia Belanda. Disisi lain, penentangan Taman Siswa oleh pemerintah
Hindia Belanda diantaranya diwujudkan dalam bentuk mengaitkan taman siswa
dengan gerakan komunis dan Taman Siswa dianggap sebagai sekolah liar.
Dari sebab itulah orang-orang yang duduk sebagai pelopor itu bertanggung jawab
memasukkan anak-anaknya kedalam Perguruan itu. Adapun tenaga-tenaga, pamong
(pengajar) pada waktu itu diantaranya : 1 Sdr. TUMAR, 2. Sdr. SUTOPO; 3 Sdr,
SUTOMO; 4 Sdr. Ni SUJATIN. Para personil inilah yang mendukung perkembangan
organisasi Taman Siswa Purworejo sampai saat runtuhnya pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1942. Pada saat jaman
penjajahan Jepang, Taman Siswa Purworejo juga terdampak, hanya di Perguruan
Taman Siswa Yogyakarta saja yang diperbolehkan berdiri. Agar tidak mematikan
semangat (berorganisasi dan berjuang) maka orang-orang Taman Siswa “berganti baju”,
mengganti namanya menurut keadaan setempat, ada yang menamakan diri Taman Tani,
Mardi Siswa dan lain-lain. Tetapi tidak
akan pudar api cita-cita Kebangsaan didalam dada masing-masing putera Taman
Siswa dengan berpegang teguh pada dasar Pantja Darma (1. Kodrat Alam; 2. Kebudayaan;
3 Kemerdekaan; 4. Kebangsaan; 5. Kemanusiaan).
Di Purworejo pada masa itu Taman Siswa dikelola oleh sdr. AMIR cs (yang pada
saat itu menjadi Camat di Borobudur), dengun dibantu oleh: 1. Sdr. JUDOPRAWIRO;
2. Sdr. Sdr. SITI AMINAH; 4. Sdr, SUHARTO; 5. Sdr. SUTIKNO dll.
Pada tgl. 19 - 12-1948 ditutuplah Taman Siswa Purworejo untuk sementara
waktu. (Bersambung) disadur dari Buku Peringatan Taman-Siswa Tjabang Purworedjo Tahun 1930-1956 Klik disini untuk membaca tulisan kedua
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar