PURWOREJO MANDIRI
Ciptaan : Anton Adisutjipto
Purworejo nan bersih, indah, rapi, makmur, serta aman
Kota para pahlawan kita putra bangsa nan utama
Sungguh harum nama mereka Jendral Urip Sumoharjo
WR. Supratman, Ahmad Yani, Sutoyo, dan Sarwo Edhi
Taqwalah rakyatnya pada Tuhan Maha Esa
Rukunlah warganya di kota dan desa
Dalam kebersamaan dan persatuan
Itulah amanat bangsa dan Negara
*) Mari bekerja sekuat tenaga dengan s’mangat berbakti
Demi sukses Otonomi Daerah Purworejo Mandiri
Maju jalan bergerak cepat mencapai sasaran kita
Purworejo haruslah mampu berdikari s’panjang masa
Teguhkan keyakinan kita berpedoman Pancasila
Purworejo pastilah jaya, bahagia, dan sentosa
Para purnawirawan dan para wredatama
Tetap berkarya walau tl’ah lanjut usia
Demi kemajuan masyarakat kita
(Kembali ke *)
-------------------------------------------
Link download 1 : http://www.4shared.com/mp3/rZlxQCU5/AgungPranoto_PurworejoMandiri_.html atau klik disini.
Link download 2 : http://www.mediafire.com/?vtpf41e9c2959ow atau klik disini.
25 Februari 2012
LAGU PURWOREJO BERIRAMA
PURWOREJO BERIRAMA
Ciptaan : SOEKOSO, DM
Wahai semua warga wilayah kita tercinta
Purworejo bumi luhur dan mulia
Kita himpun, kita susun s’gala daya pembangunan
Demi terwujud cita kita bersama
Ciptakan lingkungan yang sehat, tertib, teratur
Bersih, indah, rapi, aman, dan makmur
Warga desa, warga kota sadar dan bangkitlah kini
Berirama gerak langkah yang serasi
Pegang teguh Pancasila sebagai dasar negara
Serta Undang-Undang Dasar empat lima
Galang terus persatuan dan s’mangat patriot kita
Junjunglah tinggi kepribadian bangsa
Bernaung payung lindungan Tuhan Yang Maha Esa
Sejahtera Purworejo Berirama
-------------------------------------------------------------
Link di YouTube : http://youtu.be/iudl7twZuyM atau klik disini.
Beberapa link download :
Link download 1 : http://www.4shared.com/mp3/GYmpOqa5/AgungPranoto_PwrBerirama__128k.html?refurl=d1url atau klik disini.
Link download 2 : http://www.mediafire.com/?p8ib8ysbsm72max atau klik disini.
Ciptaan : SOEKOSO, DM
Wahai semua warga wilayah kita tercinta
Purworejo bumi luhur dan mulia
Kita himpun, kita susun s’gala daya pembangunan
Demi terwujud cita kita bersama
Ciptakan lingkungan yang sehat, tertib, teratur
Bersih, indah, rapi, aman, dan makmur
Warga desa, warga kota sadar dan bangkitlah kini
Berirama gerak langkah yang serasi
Pegang teguh Pancasila sebagai dasar negara
Serta Undang-Undang Dasar empat lima
Galang terus persatuan dan s’mangat patriot kita
Junjunglah tinggi kepribadian bangsa
Bernaung payung lindungan Tuhan Yang Maha Esa
Sejahtera Purworejo Berirama
-------------------------------------------------------------
Link di YouTube : http://youtu.be/iudl7twZuyM atau klik disini.
Beberapa link download :
Link download 1 : http://www.4shared.com/mp3/GYmpOqa5/AgungPranoto_PwrBerirama__128k.html?refurl=d1url atau klik disini.
Link download 2 : http://www.mediafire.com/?p8ib8ysbsm72max atau klik disini.
23 Februari 2012
SITUS GUA SILUMBU, DESA KALIGLAGAH, KEMIRI
Gua ini berada di Desa Kaliglagah Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo. Desa Kaliglagah berada sekitar 5 kilometer dari pusat Kecamatan Kemiri.
Gua terbuat dari batu andesit. Terbentuk dari batu besar yang terletak di lereng pegunungan. Diperkirakan situs ini dibangun pada sekitar abad 8 Masehi (pada masa Hindu). Situs ini berada ketinggian 120 m dpl (dari permukaan laut) dan berfungsi sebagai tempat pemujaan pada masa itu.
Gua terdiri dari dua buah pintu masuk, terdapat satu buah lingga yoni yang menyatu namun lingganya sudah pecah dan terdapat sebuah fragmen lingga. Juga terdapat tempat duduk dari batu yang berada pada sisi kiri dan kanan gua sebelah dalam. Lingga yoni pada gua ini terbuat dari batu andesit, bentuknya sederhana tanpa hiasan.
Dokumentasi : Widiharto
Gua terdiri dari dua buah pintu masuk, terdapat satu buah lingga yoni yang menyatu namun lingganya sudah pecah dan terdapat sebuah fragmen lingga. Juga terdapat tempat duduk dari batu yang berada pada sisi kiri dan kanan gua sebelah dalam. Lingga yoni pada gua ini terbuat dari batu andesit, bentuknya sederhana tanpa hiasan.
Dokumentasi : Widiharto
08 Februari 2012
PROSESI PETIK TIRTA (DESA JENAR LOR, KEC. PURWODADI)
“Pethik Tirta” merupakan upacara selamatan desa (merti desa) yang dijadikan tradisi di Desa Jenar Lor, Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo. Istilah “Pethik Tirta” berasal dari kata “Pethik” yang berarti “mengambil” dan “Tirta” yang berarti “air”. Secara etimologis, Pethik Tirta berarti upacara mengambil air (yang dilakukan di Sumur Talang, suatu sumur beji / tua yang terletak di Dusun Talang Bagus Desa Jenar Lor Kecamatan Purwodadi) yang dipercaya membawa berkah.
Asal-usul upacara ini berkaitan erat dengan keberadaan Bulak (kawasan pertanian yang sangat luas) yang meliputi wilayah Desa Jenar Lor, Jenar Kidul, Walikoro, Sruwoh, Singkil, Wingko, Pundensari, Jenar Wetan. Saat ini Bulak tersebut dikenal dengan sebutan Bulak Kethip.
Upacara bersih desa sendiri diduga telah dilaksanakan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan sejak zaman pra–Islam di Jawa. Penyelenggaraan upacara itu terkait dengan asumsi bahwa pada hakekatnya manusia memiliki sistem kepercayaan, yang merupakan salah satu unsur universal dari kebudayaan. Setelah kedatangan agama-agama wahyu, keyakinan akan pemujaan dan penghormatan kepada roh nenek moyang tetap berkembang.
Setelah Islam berkembang di Jawa, kepercayaan itupun tidak dapat dihilangkan, karena sudah menjadi tradisi secara turun temurun.
Upacara Pethik Tirta di Desa Jenar Lor sudah berlangsung lama dan dijadikan aktivitas rutin tahunan dengan tujuan utama yakni : Pertama, untuk mengungkapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya hingga masyarakat dapat mengadakan panen raya. Kedua, Pethik Tirta sebagai wujud terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada leluhur yaitu Bethara Loano yang telah trukayasa (membuat) sumur dan membuka lahan persawahan, sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat hingga sekarang. Ketiga, Pethik Tirta merupakan wujud permohonan agar warga desa diberikan keselamatan lahir dan bathin, kesehatan, panjang umur serta murah rezeki.
Pada umumnya upacara tradisional diselenggarakan pada tempat yang diyakini oleh masyarakat setempat sebagai pusat daerah tersebut. Demikian halnya dengan masyarakat Desa Jenar Lor, penyelenggaraan upacara Pethik Tirta diawali di Balai Desa sebagai pusat masyarakat berkumpul. Kemudian upacara dilanjutkan dengan kirap “tumpeng”atau arak-arakan mengelilingi desa seterusnya menuju Pendapa Sumur Talang.
Sampai sekarang masyarakat meyakini bahwa upacara Pethik Tirta diselenggarakan dengan pagelaran wayang kulit pertama kali semenjak Demang Jotirto berkuasa di daerah tersebut yang makamnya terletak di sebelah barat Sumur Talang di pemakaman “Panggang”. Tapi belum ditemukan keterangan yang pasti tentang tahun berapa pertama kali upacara Pethik Tirta itu diselenggarakan di Desa Jenar Lor. Berdasarkan keterangan dari beberapa masyarakat, upacara ini sudah dilakukan secara turun temurun sejak nenek moyang mereka, dan telah dijadikan tradisi yang harus dilaksanakan. Dalam perspektif budaya, upacara tradisional merti desa Pethik Tirta ini merupakan manifestasi dari pengaruh kepercayaan animisme yang kemudian terpelihara dalam tradisi budaya Hindu.
Upacara Pethik Tirta merupakan budaya asli masyarakat lokal yang kemudian berinteraksi dan terjalin dalam proses akulturasi dengan budaya Hindu, Budha, dan Islam. Penyelenggaraan upacara Pethik Tirta setiap setahun sekali pada bulan Rojab , dengan waktu yang ditentukan oleh panitia sebagai pemrakarsa dengan melibatkan segenap unsur masyarakat sebagai peserta. Dan upacara ini penyelenggaraannya disertai dengan pertunjukan kesenian wayang kulit. Pada kalangan masyarakat agraris, upacara merti desa lazim diselenggarakan setahun sekali terutama sehabis masa panen padi dan penetapan hari pelaksanaan cenderung dipilih hari Sabtu dan Minggu, meskipun ada yang dilaksanakan selain hari itu dengan pertimbangan perhitungan hari baik berdasarkan penanggalan Jawa. Pemilihan hari Minggu sebagai waktu penyelenggaraan upacara Pethik Tirta dengan alasan hari libur, sehingga diharapkan mereka yang bekerja di luar bidang pertanian dapat ikut berperan, serta anak-anak sekolah juga dapat ikut memeriahkan.
Tempat penyelenggaraan upacara merti desa Pethik Tirta selama ini menggunakan Sumur Talang, dengan puncak upacara mengambil air dari Sumur Talang tersebut.
Sedangkan kegiatan terdiri dari : Selamatan kenduri di Sumur Talang, Kirab Tumpeng, Pagelaran Wayang kulit di Pendapa Sumur Talang, Kenduri dan Pethik Tirta.
Tulisan dan Dokumentasi : Drs. Eko Riyanto
07 Februari 2012
STASIUN PURWOREJO
Purworejo pada masa kolonial memiliki nilai strategis dimata Pemerintah Hindia Belanda. Salah satunya buktinya adalah pembuatan jalur kereta api, dan peninggalan yang menjadi saksi bisu kejayaan kereta api di Purworejo adalah Stasiun Kereta Api Purworejo yang berada di Jalan Mayjend. Sutoyo, dan masuk wilayah Kecamatan Purworejo, Jawa Tengah. Stasiun Purworejo sendiri dalam periode 1910, memiliki struktur bangunan berupa material batu bata setinggi 8 m dan luas keseluruhan sekitar 848 m2.
Stasiun ini dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Negara bernama Staats Spoorwegen (SS). Pemerintah Kolonial Belanda saat itu sengaja membangun rel kereta api sepanjang 12 km dari Stasiun Besar Kutoarjo ke arah Purworejo, awalnya hanya dibangun rel saja namun seiring perkembangannya yang semakin ramai, pada tanggal 20 Juli 1887, Stasiun Purworejo dibuka dan di aktifkan. Sejak tahun 1901 jalur kereta api Purworejo-Kutoarjo itu pun semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kala itu. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Jateng telah memasukkan Stasiun Purworejo sebagai salah satu cagar budaya di Purworejo, dilindungi oleh negara dengan nomor Inventarisasi : 11-06/PWO/TB/36.
Stasiun Purworejo saat ini dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia ( Persero) & berada di Daerah Operasi 5 Purwokerto.
Terdapat beberapa halte antara Stasiun Kutoarjo dan Stasiun Purworejo, yaitu dimulai dari Stasiun Kutoarjo – Halte Batoh – Halte Grantung – Halte Kenteng – Stasiun Purworejo, saat ini keseluruhan halte sudah tidak diaktifkan lagi.
Stasiun Purworejo berada pada ketinggian +63m dpl. Sistem persinyalan masih memakai sistem sinyal mekanik Alkmar,dan uniknya tidak ada sinyal muka ataupun sinyal masuk,hanya ada sinyal keluar menuju arah Stasiun Kutoarjo. Di Stasiun ini juga mempunyai 2 Spoor,yang dahulunya mempunyai 1 spoor cabang menuju ke Balai Yasa (Werkplaants) milik Staats Spoorwegen (SS).
Balai Yasa tersebut sekarang udah tidak ada lagi dan sudah berubah fungsi sebagai pemukiman bagi Prajurit TNI AD.
Stasiun Purworejo sempat ditutup selama 3 kali, yaitu pada masa kependudukan tentara Jepang, dan sekitar tahun 1952-1955. Saat peralihan menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) petak jalur tersebut kembali diaktifkan. Setelah itu pada tahun 1977, petak jalur Kutoarjo – Purworejo kembali ditutup dan tidak beroperasi lagi. Dekade 1990-an diaktifkan kembali pada masa kepemimpinan Bupati Purworejo, Goernito dan Haryanto Dhanutirto, Menteri Perhubungan saat itu.
Saat ini jalur kereta api antara Stasiun Kutoarjo – Stasiun Purworejo sedang tidak aktif,dikarenakan beberapa hal diantaranya :
- Rel yang tidak layak (masih memakai R25)
- Bantalan rel tidak layak
- Tidak ada kricak
- Struktur jalan tidak sesuai dengan berat/tonase kereta apjalur ini untuk dilalui
Revitalisasi jalur Kutoarjo – Purworejo direncanakan dimulai setelah menunggu selesainya pekerjaan pergantian rel di jalur Butuh – Kutoarjo, untuk digunakan di jalur Kutoarjo – Purworejo.
Sarana yang melayani lintas Kutoarjo - Purworejo ini pada jaman dahulu dilayani dengan lokomotif uap dengan membawa rangkaian campuran antara kereta penumpang dan kereta barang, dengan susunan sebagai berikut lokomotif uap – Kereta Kayu CR – Kereta Kayu CR – Gerbong Barang GW – Gerbong Barang GW.
Untuk lokomotif uap, jalur ini dilayani dengan seri C dan D,diantaranya seri C 27 (dengan susuran roda 4-6-4) buatan Pabrik Werkspoor pada tahun 1920 dan seri D 51 (dengan susunan roda 2-8-2) buatan Pabrik Hartmann pada tahun 1920.
Pada periode 1990, setelah jalur ini diaktifkan kembali oleh pemerintah saat itu, sarana yang melintas di jalur ini tidaklah dilayani kembali dengan lokomotif uap dan kereta kayu CR dan kereta barang GW, tetapi sudah berganti dilayani dengan lokomotif diesel hidrolik dan dengan membawa 1 atau 2 kereta penumpang kelas 3 atau biasa disebut K3 dengan susunan Lokomotif Diesel Hidrolik D 301/D 300 – K3.
Lokomotif yang melayani jalur ini ialah seri D 300 (Krupp M350D) dan seri D 301 (Krupp M350D),kedua lokomotif tersebut buatan Pabrik Fried Krupp dan mulai dinas pada tahun 1962-1968 (D 301) dan tahun 1968 (D 300).
Mulai Periode tahun 2000,lokomotif yang melayani jalur ini berganti dari lokomotif D 300 & D 301 ke lokomotif BB 300 (Krupp M700BB),lokomotif ini (BB 300) mempunyai tenaga lebih besar dari lokomotif D 301 dan juga lokomotif tersebut masih 1 pabrik,yaitu Fried Krupp.
Lokomotif BB 300 yang melayani jalur Kutoarjo – Purworejo ini merupakan lokomotif diesel hidrolik pertama buatan pabrik Fried Krupp Jerman,yang pertama kali didinaskan pada tahun 1958 sebanyak 17 buah dan pada tahun 1959 sebanyak 13 buah.Lokomotif dengan daya mesin 680 HP dari Mercedes Benz dan transmisi hidrolik dari Krupp ini,dapat dioperasikan untuk dinas langsir atau menarik kereta penumpang jarak pendek seperti feeder Purworejo ini,dan dengan kecepatan maksimum 75 Km/jam.Lokomotif ini juga merupakan lokomotif ber type BB atau Bo-Bo yang artinya lokomotif yang mempunyai dua bogie dan masing-masing bogie mempunyai dua poros penggerak yang digerakkan oleh motor sendiri.
BB 300 06 dan BB 300 16 ialah lokomotif yang sering melayani Kereta Feeder Kutoarjo – Purworejo,lokomotif ini berasal dari Dipo Induk Kutoarjo (Dipo KTA) dan yang unik dari lokomotif ini ialah livery nya yang kembali dicat dengan masa Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) yaitu dengan livery kuning hijau dan dengan logo roda terbang khas lokomotif masa PJKA.
Stasiun Purworejo saat ini dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia ( Persero) & berada di Daerah Operasi 5 Purwokerto.
Terdapat beberapa halte antara Stasiun Kutoarjo dan Stasiun Purworejo, yaitu dimulai dari Stasiun Kutoarjo – Halte Batoh – Halte Grantung – Halte Kenteng – Stasiun Purworejo, saat ini keseluruhan halte sudah tidak diaktifkan lagi.
Stasiun Purworejo berada pada ketinggian +63m dpl. Sistem persinyalan masih memakai sistem sinyal mekanik Alkmar,dan uniknya tidak ada sinyal muka ataupun sinyal masuk,hanya ada sinyal keluar menuju arah Stasiun Kutoarjo. Di Stasiun ini juga mempunyai 2 Spoor,yang dahulunya mempunyai 1 spoor cabang menuju ke Balai Yasa (Werkplaants) milik Staats Spoorwegen (SS).
Balai Yasa tersebut sekarang udah tidak ada lagi dan sudah berubah fungsi sebagai pemukiman bagi Prajurit TNI AD.
Stasiun Purworejo sempat ditutup selama 3 kali, yaitu pada masa kependudukan tentara Jepang, dan sekitar tahun 1952-1955. Saat peralihan menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) petak jalur tersebut kembali diaktifkan. Setelah itu pada tahun 1977, petak jalur Kutoarjo – Purworejo kembali ditutup dan tidak beroperasi lagi. Dekade 1990-an diaktifkan kembali pada masa kepemimpinan Bupati Purworejo, Goernito dan Haryanto Dhanutirto, Menteri Perhubungan saat itu.
Saat ini jalur kereta api antara Stasiun Kutoarjo – Stasiun Purworejo sedang tidak aktif,dikarenakan beberapa hal diantaranya :
- Rel yang tidak layak (masih memakai R25)
- Bantalan rel tidak layak
- Tidak ada kricak
- Struktur jalan tidak sesuai dengan berat/tonase kereta apjalur ini untuk dilalui
Revitalisasi jalur Kutoarjo – Purworejo direncanakan dimulai setelah menunggu selesainya pekerjaan pergantian rel di jalur Butuh – Kutoarjo, untuk digunakan di jalur Kutoarjo – Purworejo.
Sarana yang melayani lintas Kutoarjo - Purworejo ini pada jaman dahulu dilayani dengan lokomotif uap dengan membawa rangkaian campuran antara kereta penumpang dan kereta barang, dengan susunan sebagai berikut lokomotif uap – Kereta Kayu CR – Kereta Kayu CR – Gerbong Barang GW – Gerbong Barang GW.
Untuk lokomotif uap, jalur ini dilayani dengan seri C dan D,diantaranya seri C 27 (dengan susuran roda 4-6-4) buatan Pabrik Werkspoor pada tahun 1920 dan seri D 51 (dengan susunan roda 2-8-2) buatan Pabrik Hartmann pada tahun 1920.
Pada periode 1990, setelah jalur ini diaktifkan kembali oleh pemerintah saat itu, sarana yang melintas di jalur ini tidaklah dilayani kembali dengan lokomotif uap dan kereta kayu CR dan kereta barang GW, tetapi sudah berganti dilayani dengan lokomotif diesel hidrolik dan dengan membawa 1 atau 2 kereta penumpang kelas 3 atau biasa disebut K3 dengan susunan Lokomotif Diesel Hidrolik D 301/D 300 – K3.
Lokomotif yang melayani jalur ini ialah seri D 300 (Krupp M350D) dan seri D 301 (Krupp M350D),kedua lokomotif tersebut buatan Pabrik Fried Krupp dan mulai dinas pada tahun 1962-1968 (D 301) dan tahun 1968 (D 300).
Mulai Periode tahun 2000,lokomotif yang melayani jalur ini berganti dari lokomotif D 300 & D 301 ke lokomotif BB 300 (Krupp M700BB),lokomotif ini (BB 300) mempunyai tenaga lebih besar dari lokomotif D 301 dan juga lokomotif tersebut masih 1 pabrik,yaitu Fried Krupp.
Lokomotif BB 300 yang melayani jalur Kutoarjo – Purworejo ini merupakan lokomotif diesel hidrolik pertama buatan pabrik Fried Krupp Jerman,yang pertama kali didinaskan pada tahun 1958 sebanyak 17 buah dan pada tahun 1959 sebanyak 13 buah.Lokomotif dengan daya mesin 680 HP dari Mercedes Benz dan transmisi hidrolik dari Krupp ini,dapat dioperasikan untuk dinas langsir atau menarik kereta penumpang jarak pendek seperti feeder Purworejo ini,dan dengan kecepatan maksimum 75 Km/jam.Lokomotif ini juga merupakan lokomotif ber type BB atau Bo-Bo yang artinya lokomotif yang mempunyai dua bogie dan masing-masing bogie mempunyai dua poros penggerak yang digerakkan oleh motor sendiri.
BB 300 06 dan BB 300 16 ialah lokomotif yang sering melayani Kereta Feeder Kutoarjo – Purworejo,lokomotif ini berasal dari Dipo Induk Kutoarjo (Dipo KTA) dan yang unik dari lokomotif ini ialah livery nya yang kembali dicat dengan masa Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) yaitu dengan livery kuning hijau dan dengan logo roda terbang khas lokomotif masa PJKA.
Sumber : Informasi tertulis dari Kantor Stasiun Purworejo
Langganan:
Postingan (Atom)