Gambyong Pareanom |
Pelaksanaan Prosesi Hari Jadi
ke-1111 Kabupaten Purworejo pada tahun 2012 dilaksanakan dengan meriah. Kegiatan
yang dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2012 di altar Kayu Arahiwang Desa Borowetan
Kecamatan Banyuurip dimulai pada pukul 14.00 WIB. Pada saat itu hari Jumat dan
para tamu diwajibkan untuk berbusana Jawa. Kegiatan dimulai dengan tarian Gambyong
Pareanom oleh 7 (tujuh) orang penari. Tarian ini menjadi pembuka bagi kegiatan Prosesi.
Setelah tari Gambyong selesai acara selanjutnya pelaksanaan sambutan Bupati
Purworejo dan diteruskan dengan penyerahan bibit pohon jati oleh Bupati kepada
para camat, kepala desa Borowetan, 5 (lima) kepala SD, 5 (lima) kepala SMP, 4
(empat) kepala SMA, 4 (empat) kepala SMK.
Gangguan Durjana |
Pementasan sendratari Mengenang
Bhumi Kayu Ara Hiwang menjadi Shima. Dimulai dengan pementasan tari yang
menggambarkan rimbunnya pepohonan di Bhumi Kayu Ara Hiwang. Diikuti dengan
datangnya godaan dari para durjana yang merusak tatanan. Ketika para durjana
telah dilumpuhkan, maka dalam tarian selanjutnya diceriterakan masyarakat mulai
bekerja, bercocok tanam dan menuai hasil dari kekayaan alam Ara Hiwang. Hingga tercipta
kesejahteraan, keharmonisan hidup dan tatanan pemerintahan. Pada puncaknya
datang sang Manggalayuda yang mendahului kedatangan Dyah Sala. Ke lokasi dimana
Dyah Sala akan memberikan prasasti yang kelak akan dinamakan prasasti Kayu Ara
Hiwang. (Sebagai catatan bahwa pematokan (peresmian) tanah perdikan (Shima)
Kayu Ara Hiwang dilakukan oleh seorang pangeran, yakni Dyah Sala (Mala), putera
Sang Bajra yang berkedudukan di Parivutan. Pematokan
tersebut menandai, desa Kayu Ara Hiwang dijadikan Tanah Perdikan (Shima) dan
dibebaskan dari kewajiban membayar pajak, namun ditugaskan untuk memelihara
tempat suci yang disebutkan sebagai “parahiyangan” (atau para hyang berada).
Pemeran Dyah Sala |
Tarian secara
keseluruhan dikemas oleh Sudarwoko, SSn dan Melania Sinaring Putri. Penata Laku
Harjudi, SPd dan Soekoso DM. Penata iringan Suripto Wardani, S.Kar. Sementara peraga
di dominasi oleh siswa sekolah dari SD, SMP dan SMA hingga para guru, penggiat
seni dari beberapa group kesenian, sanggar tari, sanggar karawitan dan seniman.
Sebuah sendratari yang
menarik dan layak ditonton.
Jikla Sendratari seperti ini terus dilestarikan menjadi Evant Wisata tahunan, bukan tak mungkin bisa jadi IKON tersendiri bagi Jagat Kepariwisataan. Sayang yang paling sering terjadi adalah tiap ada pejabat baru tentu ada gagasan baru yang kadang mengesampingkan potensi budaya lama. Konsistensi penting, tapi tak semua bisa untuk itu! Sayang.
BalasHapusya pak. sebuah proses yang lama sehingga menjadi seperti itu... salam...
Hapus