09 Oktober 2012

PELAKSANAAN PROSESI HARI JADI KAB. PURWOREJO TAHUN 2012


Gambyong Pareanom
Pelaksanaan Prosesi Hari Jadi ke-1111 Kabupaten Purworejo pada tahun 2012 dilaksanakan dengan meriah. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2012 di altar Kayu Arahiwang Desa Borowetan Kecamatan Banyuurip dimulai pada pukul 14.00 WIB. Pada saat itu hari Jumat dan para tamu diwajibkan untuk berbusana Jawa. Kegiatan dimulai dengan tarian Gambyong Pareanom oleh 7 (tujuh) orang penari. Tarian ini menjadi pembuka bagi kegiatan Prosesi. Setelah tari Gambyong selesai acara selanjutnya pelaksanaan sambutan Bupati Purworejo dan diteruskan dengan penyerahan bibit pohon jati oleh Bupati kepada para camat, kepala desa Borowetan, 5 (lima) kepala SD, 5 (lima) kepala SMP, 4 (empat) kepala SMA, 4 (empat) kepala SMK.
Gangguan Durjana
Pementasan sendratari Mengenang Bhumi Kayu Ara Hiwang menjadi Shima. Dimulai dengan pementasan tari yang menggambarkan rimbunnya pepohonan di Bhumi Kayu Ara Hiwang. Diikuti dengan datangnya godaan dari para durjana yang merusak tatanan. Ketika para durjana telah dilumpuhkan, maka dalam tarian selanjutnya diceriterakan masyarakat mulai bekerja, bercocok tanam dan menuai hasil dari kekayaan alam Ara Hiwang. Hingga tercipta kesejahteraan, keharmonisan hidup dan tatanan pemerintahan. Pada puncaknya datang sang Manggalayuda yang mendahului kedatangan Dyah Sala. Ke lokasi dimana Dyah Sala akan memberikan prasasti yang kelak akan dinamakan prasasti Kayu Ara Hiwang.  (Sebagai catatan bahwa pematokan (peresmian) tanah perdikan (Shima) Kayu Ara Hiwang dilakukan oleh seorang pangeran, yakni Dyah Sala (Mala), putera Sang Bajra yang berkedudukan di Parivutan. Pematokan tersebut menandai, desa Kayu Ara Hiwang dijadikan Tanah Perdikan (Shima) dan dibebaskan dari kewajiban membayar pajak, namun ditugaskan untuk memelihara tempat suci yang disebutkan sebagai “parahiyangan” (atau para hyang berada). 
Pemeran Dyah Sala
Tarian secara keseluruhan dikemas oleh Sudarwoko, SSn dan Melania Sinaring Putri. Penata Laku Harjudi, SPd dan Soekoso DM. Penata iringan Suripto Wardani, S.Kar. Sementara peraga di dominasi oleh siswa sekolah dari SD, SMP dan SMA hingga para guru, penggiat seni dari beberapa group kesenian, sanggar tari, sanggar karawitan dan seniman.
Sebuah sendratari yang menarik dan layak ditonton.

2 komentar:

  1. Jikla Sendratari seperti ini terus dilestarikan menjadi Evant Wisata tahunan, bukan tak mungkin bisa jadi IKON tersendiri bagi Jagat Kepariwisataan. Sayang yang paling sering terjadi adalah tiap ada pejabat baru tentu ada gagasan baru yang kadang mengesampingkan potensi budaya lama. Konsistensi penting, tapi tak semua bisa untuk itu! Sayang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya pak. sebuah proses yang lama sehingga menjadi seperti itu... salam...

      Hapus